Dr. Dasman Yahya Ma’ali,Lc., MA
Sesungguhnya Nabi kita Muhammad saw adalah
manusia sempurna yang telah dipilih Allah SWT untuk menjadi suri tauladan, yang
tidak memiliki cacat sedikitpun, yang ma`shum dari segala dosa dan hal-hal yang
dapat merendahkan muru’ah. Oleh sebab itu, sejarah (sirah) kehidupan Beliau,
dalam segala aspeknya tidak ada yang mesti disembunyikan dari khalayak.
Semuanya pantas menjadi contoh dan diteladani, baik yang biasa tampak di
hadapan umum, maupun hal-hal yang sangat khusus dalam rumah tangganya. Benarlah
apa yang difirmankan Allah dalam Al-Quran:
[لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا]. الأحزاب: 21
“Sesungguhnya terdapat bagimu pada diri Rasulullah itu
suri tauladan yang baik; yaitu bagi orang yang mengharapkan bertemu dengan
Allah dan hari akhirat, serta banyak berzikir kepada Allah”. QS. Al-Ahzaab: 21
Saking
terangnya sejarah hidup Beliau, tinggi dan luhurnya akhlaknya membuat orang-orang yang beriman kepadanya semakin merindukan bertemu dengannya. Hati mereka dipenuhi rasa ta`zhim
kepadanya, cinta dan rindu berjumpa dengannya, walaupun untuk itu mereka harus
berkorban apa saja yang mereka miliki. Sungguh suatu mu`jizat yang diberikan Tuhan
kepadanya. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra, Beliau bersabda:
(( مِنْ أَشَدِّ
أُمَّتِيْ لِيْ حُبًّا نَاسٌ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِيْ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ
رَآنِيْ بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ )). رواه مسلم
“Di antara umatku yang paling mencintaiku
ialah orang-orang yang datang sesudahku; salah seorang mereka menginginkan seandainya ia dapat melihatku dengan keluarga dan hartanya”. H.R. Muslim
Sejarah hidup Beliau yang terang, jelas,
detail dan tanpa cacat ini adalah satu-satunya sejarah anak manusia yang tidak
bisa ditutup-tutupi, walaupun usaha musuh-musuh Islam sepanjang sejarah untuk
itu tidak pernah berhenti dan kenal lelah. Bagaimana mungkin menutup matahari
dengan telapak tangan?! Mungkinkah menghilangkan aroma harum sirahnya yang
telah memenuhi jagad raya ini?! Oleh karena itu, semua usaha untuk
itu selalu berakhir gagal dan membuang-buang masa dan biaya. Selamanya akan
ada orang yang membongkar kedok para musuh tersebut, dan tidak jarang pula dari
kalangan mereka sendiri. Sebagai contoh, mari kita simak apa yang dikatakan
oleh Philip Hitti berikut, “Di kalangan penulis zaman sekarang, ada
segelintir orang yang hendak membuka pekerjaan-pekerjaan besar yang sukses dilakukan
Muhammad saw, atau
hendak menguraikan berdasarkan analisis kejiwaan, sehingga mereka tidak menambahkan melebihi apa yang
mereka tambahkan kepada berbagai bentuk tuduhan dan ide-ide (pemikiran) kosong
yang didasari hawa nafsu, selain hukum-hukum yang merupakan
kebohongan ilmiah”.
Apa yang dilakukan oleh penulis barat
yang diisyaratkan Hitti di atas, adalah karena mereka tidak mendapatkan jalan
untuk menutup-nutupi kebenaran
sirah Nabi saw dari para pengikutnya, karena mereka dari kecil sudah menghapalkannya, khususnya di masa-masa umat Islam
masih dekat dengan agamanya. Maka sebagai gantinya, mereka mencoba menyusupkan
pemikiran beracun mereka dengan cara memberikan ulasan dan tafsiran terhadap
beberapa sisi kehidupan Nabi saw sesuai dengan kondisi dan hawa mereka. Mereka
lupa atau pura-pura tidak tahu, bahwa di
samping ia sebagai syari`at yang diturunkan Allah kepada Beliau, ia juga mengandung
hikmah-hikmah, baik yang mereka ketahui atau tidak.
Di antara isu yang mereka angkat untuk
menyudutkan dan mengecilkan kepribadian Nabi saw ialah masalah jumlah isteri Beliau yang
melebihi kapasitas manusia biasa. Dari sini
mereka merasa mendapatkan angin dan kesempatan untuk menyusupkan bibit fitnah
yang akan menyesatkan umat manusia dan orang-orang yang lemah iman di kalangan
umat Islam. Untuk menjawab syubuhat ini, baiklah kita berikan kesempatan
kepada tokoh dari barisan mereka sendiri, yaitu Laura Vishia, untuk
menjawabnya. Vishia mengungkapkan dengan panjang lebar tentang pernikahan Nabi
saw dengan para isterinya itu serta hal-hal yang melatar belakanginya:
“Sesungguhnya Muhammad Saw- sepanjang masa mudanya, di mana dorongan
pelampiasan seksual
berada pada puncak kekuatannya, dan meskipun ia hidup dalam masyarakat seperti
masyarakat Arab, di mana pernikahan sebagai lembaga sosial sudah hilang atau
hampir hilang, dan di mana hidup berpoligami merupakan prinsip dasar, sedangkan
thalak dengan mudah sekali dijatuhkan, namun walaupun demikian, ia tidak
menikah kecuali dengan seorang wanita saja, tidak lebih, yaitu Khadijah yang umurnya jauh lebih tua dari
umurnya. Dan sesungguhnya ia selama dua
puluh lima tahun, tetap setia menjadi
suaminya yang tulus ikhlas mencintainya, dan selama itu pula ia tidak menikah untuk kedua kalinya, kecuali sesudah
Khadijah wafat. Dan itu tatkala umurnya sudah mencapai lima puluh tahun. Sesungguhnya setiap pernikahannya itu mempunyai latar belakang sosial atau politik,
yaitu bermaksud dengan menikahi wanita-wanita itu untuk memuliakan wanita-wanita. yang memiliki sifat takwa, atau untuk membina hubungan perbesanan dengan keluarga-keluarga dan kabilah-kabilah
lain guna merintis jalan baru menyebarkan Islam. Selain Aisyah, Muhammad tidak
menikahi wanita-wanita
yang masih perawan yang masih muda belia
dan bukan pula yang cantik jelita. Nah, apakah itu berarti ia sebagai seorang syahwani (gila syahwat)?! Ia sungguh
seorang lelaki, bukan Tuhan.
Bisa saja yang melatarbelakangi
pernikanhannya karena mengharapkan anak laki-laki, sebab anak laki-lakinya yang diberikan Khadijah semuanya meninggal dunia. Dan
tanpa penghasilan yang banyak ia bangkit memikul beban keluarga besar. Akan
tetapi, ia senantiasa istiqomah pada prinsip keadilan yang sempurna di antara
isteri-isterinya, tidak pernah membeda-bedakan di antara mereka. Ia berlaku
seperti para nabi dahulu, seperti Musa dan lain-lainnya, yang sepertinya tidak seorang manusiapun yang menentang
pernikahan poligami
mereka. Nah, apakah sebabnya karena kita tidak mengetahui detail kehidupan mereka sehari-hari, pada saat kita
mengetahui segala sesuatu tentang kehidupan Muhammad dalam berkeluarga?!!”
Penulis mengira pembaca dapat
mencerna sendiri ungkapan di atas, sehingga tidak tersisa lagi keraguan untuk
benar-benar mencintai Nabi kita Muhammad shallallahu `alaihi wasallam.