Syeikh Ma'had Al-Jami'ah dan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA-RIAU
Minggu, 24 Juni 2012
Awas Hindari Virus Ini
Dr. H. Dasman Yahya Ma’ali, Lc., MA*
Mendengar virus anda mesti merasa was-was dan cemas. Yang terbayang adalah apa yang kita miliki akan rusak digerogoti. Bila itu virus komputer maka file-file dan folder kita akan terganggu dan kacau. Bila itu virus HIV, kita khawatir kena AIDS, dan bila itu virus H5N1, kita khawatir terinfeksi flu burung. Dan bila itu virus H1N1 kita takut terserang flu babi. Pokoknya semua jenis virus kita takuti.
Namun pernahkah kita khawatir terjangkiti virus yang lebih berbahaya yang merusak, bukan hanya jasmani kita tapi juga rohani kita? Bukan hanya sekedar merusak tubuh kita, tapi juga menghancurkan akal kita? Dan bukan hanya menghancurkan dunia kita tapi juga memporak porandakan akhirat kita. Sesungguhnya ada virus yang paling berbahaya yang merusak tatanan hidup kita dan mengaburkan tujuan dan misi kita. Virus itu bernama “kekerdilan jiwa” seperti yang penulis singgung dalam tulisan sebelumnya.
Dalam tulisan ini penulis akan menekankan pada gejala-gejala yang terlihat pada orang yang terjangkiti virus yang sangat berbahaya ini, dengan harapan agar dapat segera diatasi dan diterapi. Diantara gejala yang terlihat kibat terjangkiti virus tersebut adalah sebagai berikut:...
Selalu pesimis untuk sebuah perubahan. Melihat kondisi umat yang memilukan, ia akan selalu pesimis karena menurutnya mustahil seperti mengumandangkan azan di dusun yang tak berpenghuni. Atau ibarat mengisi kantong air yang bocor atau seperti meniup balon pecah. Ungkapan-ungkapan ini sering kita dengar sebagai bentuk keputus asaan melakukan sebuah perubahaan. Sesungguhnya Nabi Saw menyebut jiwa-jiwa kerdil ini dengan sabdanya: ”Barang siapa yang menyatakan, “Manusia semuanya sudah binasa,” maka sesungguhnya dialah yang paling binasa dan membinasakan mereka.”
2. Selalu melihat orang yang lebih rendah, sehingga ia sudah merasa cukup maju. Perasaan ini membuatnya merasa puas dengan keadaan, tidak ada keinginan untuk melakukan peningkatan.
3. Fenomena taklid, mengekor pada orang lain. Sebagian kaum muslimin tidak pernah berfikir untuk menciptakan atau melakukan penemuan ilmiah, sekalipun di bidang teknologi. Bangga menjadi bangsa yang merasa cukup membeli, tanpa berfikir untuk memenuhi kebutuhan harian yang sederhana, apalagi untuk menjadi produsen. Senang menjadi pengikut, tidak ada keinginan berjalan di depan.
4. Silau dengan kemajuan teknologi negeri-negeri barat sehingga semua yang datang dari mereka, itulah yang baik sedangkan yang selain dari mereka adalah keterbelakangan. Ini banyak terjadi pada mereka yang menimba ilmu di barat, padahal mereka tidak memiliki kepribadian yang kuat, rasa percaya diri yang rendah. Akhirnya semua yang dilihatnya di barat di bawa pulang, tanpa membeda-bedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebenarnya barat memang maju di bidang alat teknologi. Namun, di bidang kemanusiaan mereka justru mengalami kemunduran. Sedangkan umat Islam yang menjalankan agamanya, merekalah yang maju di sisi kemanusiaan. Alangkah baiknya kemajuan alat barat digabungkan dengan kemajuan kemanusiaan daiam negeri Islam, bukan mengambil semua yang dari barat.
5. Banyak orang yang menyerah pada kondisi umat yang lemah secara politik, sehingga mereka menerima begitu saja syarat-syarat yang menghinakan umat, padahal sebenarnya umat Islamlah yang kuat. Allah berfirman: “Janganlah merasa hina dan janganlah merasa sedih, karena kalianlah yang lebih tinggi, jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” QS. Ali Imran :139
6. Ketakutan sebagian kaum muslimin -khususnya anak-anak muda- untuk menampakkan identitas Islamnya. Ini terlihat di saat mereka berhadapan dengan orang non muslim. Ia tidak berani mengatakan sesuatu yang haram itu haram, yang halal itu halal karena takut dituduh ekstrem, teroris dan lain-lain. Virus ini bukan hanya membuat seseorang takut menampakkan identitas Islamannya di depan orang-orang kafir, bahkan di depan sesama muslim pun ia tidak mempunyai keberanian.
7. Mengorbankan misi utama demi mencapai tujuan jangka pendek atau terbatas. Tidak jarang kita temukan di antara kalangan orang-orang berilmu (baca: ulama), cita-cita mereka sangat terbatas. Tidak terpikir oleh mereka suatu hari nanti agama ini mesti merata di bumi dan menjadi pemimpin dunia, sehingga ada usaha ke arah itu. Para dai’pun seperti itu pula, bagi mereka sudah komitmen beragama di bidang-bidang tertentu sudah cukup. Dan lebih menyedihkan, sebagian pemuda (penuntut ilmu) menjadikan qudwahnya tokoh masa kini dan bukan Rasulullah Saw.
8. Sebagian penulis muslim menulis karya tulis yang isinya tidak lebih dari pembelaan diri (syari’at Islam). Seolah-olah kita selalu dalam posisi terdakwa yang mesti membuat pembelaan. Padahal, seharusnya kita berada di posisi yang kuat dan mulia. Seharusnya merekalah yang kita dudukkan dalam posisi terdakwa. karena merekalah yang menyimpang dari agama Allah.
9. Malas dan segan menyampaikan agama Allah dan menyebarkan dakwahnya, dengan alasan bahwa zaman penuh dengan fitnah
10. Menyerah dan menerima begitu saja peraturan perundang undanganan buatan manusia (baca orang orang kafir) sebagai ganti syari’at Allah dan menjadikannya hukum positif Negara.
Apa sebab terjadinya gejala gejala ini?
Sebabnya adalah :
1. Lemahnya iman, kemudian turunnya semangat yang berujung pada keputus asaan
2. Meninggalkan jihad fi sabilillah dalam artian yang universal
3. Rasa takut dan khawatir berlebihan terhadap permasalahan yang akan menimpa
4. Tidak berani menghadapi kegagalan. Gagal satu kali tidak mau bangkit lagi.
5. Cara pandang yang sempit terhadap sejarah atau wawasan yang pendek terhadap kenyataan tertentu di tubuh umat, seperti banyaknya perselisihan dan perbedaan pendapat.
6. Tidak mengenali bahwa sumber kekuatan kita ada pada prinsip kuat kita dalam beragama.
7. Tidak mau berfikir lebih panjang untuk menyusun untuk menyusun rencana mencapai tujuan besar
8. Hidupnya kaum muslimin dalam kondisi yang selalu disudutkan.
Semoga Allah melindungi tubuh umat dari virus virus mematikan ini, sehingga mereka bisa bangkit menemukan jati dirinya yang mulia, teguh dan berani bersikap. Wallahu A’lam
*Penulis adalah Syeikh Ma’had Al-Jami’ah UIN Suska Riau, dosen Fakultas Ushuludin, dan dosen Pasca Sarjana UIN Suska Riau. Gelar doktor dalam bidang Hadits dan Ulum Al-Hadits diperoleh di Islamic University of Madinah, Saudi Arabia
Goresan Pena
Dakwah yang membawa kepada perbaikan (ishlah) umat senantiasa mengalamai penentangan. Sudah merupakan sunnatullah, bahwa kebatilan itu merasa terancam oleh kehadiran kebenaran. Oleh itu, ia selalu berusaha menghalangi perkembangannya. Untuk mendeteksi apakah anda dalam kebenaran atau kebatilah, sesudah mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman Rasulullah Saw yang diterima para sahaba...t, ialah melihat siapa yang mendukung anda; bila yang mendukung adalah orang-orang taat dan istiqomah, insya Allah, anda dalam kebenaran. Namun, bila yang mendukung anda adalah ahlu maksiat atau ahwa' dan bida`, sadarlah sesungguhnya anda adalah dalam kebatilan, atau minimal pendukung kebatilan. Imam Asy-Syafi`i rahimahullah pernah berkata, "Tidak satupun orang kecuali ada yang mencintai dan ada pula yang membencinya. Nah, kalau hal itu tak dapat kamu elakkan, senantiasalah bersama orang-orang yang taat kepada Allah". Ya Allah jadilah kami dicintai oleh orang-orang yang taat kepada-Mu, dan jauhkanlah kami dari fitnah orang-orang yang ahli maksiat kepada-Mu.
Jumat, 22 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)